KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah banyak
memberi kita nikmat selama ini juga sholawat beserta salam tak lupa pula kami
haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah banyak memberikan
sauri teladan yag baik untuk kehidupan kita seraya mengucapkan Allahumma salli
ala saiyidina muhammad wa ala alihi siyidina muhammad.
Alhamdulillah makalah yang berjudul Islam dan
Kebudayaan yang ditugaskan kepada kelompok kami akhirnya dapat diselesaikan
juga.
Makalah
kami ini sedikit banyak mengambarkan apa itua Islam dan Kebudayan
Semoga makalah ini bisa menjawab mengenai
sedikit banyaknya tentang Islam dan Kebudayaan
Kami menyadari makalah kami masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran dari segala pihak sangat kami
butuhkan demi untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Akhirnya
atas segala perhatian kami mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI...........................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah..............................................................
1
1.2. Rumusan
Masalah.......................................................................
2
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................
2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Islam dan
Kebudayaan................................................. 3
a. Islam...........................................................................................
3
b. Kebudayaan
...............................................................................
4
2.2.
Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan......................................
7
2.3. Islam
dan Kebudayaan Arab Pra Islam...........................................
7
2.4.
Perkembangan Kebudayaan Islam Saat Ini.....................................
8
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2.
Saran...............................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana
agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di
bandingkan dengan agama-agama sebelumnya. Melalui berbagai linteratur yang
berbicara tentang islam dapat di jumpai uraian mengenai pengertian agama Islam,
berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama,
Sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprahensip. Hal ini perlu
dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi
pola pikir, sikap dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali
sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar komprahenship dan
berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan kebudayaan.
Hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan
Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan ?
pertanyaan ini penting di kaji agar kita dapat memahami Islam secara
komprenhenship disamping itu kitapun akan mencoba untuk mengungkap hubungan
antara Islam dan kebudayaan.
Kebudayaan
yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik
didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti
kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia
mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya
tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah
sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat
seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula
apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian
dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama
hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau
yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu,
masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita
masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat
roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu
melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang
tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih
tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan
menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti
perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma,
cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah
tak dapat dipegang lagi.
Sebaliknya
paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi
dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam.
Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan,
selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga
wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah
konsepsi nasionalisme itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan
terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta
itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin
perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang
akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita
saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar
kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya
dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari
suatu fatamorgana yang kosong belaka
1.1. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Islam dan kebudayaan ?
2. Apa hubungan
antara Islam dan kebudayaan ?
3. Bagaimana
Islam dan kebudayaan Arab pra Islam ?
4. Bagaimana
perkembangan budaya Islam saat ini?
1.2. Tujuan
Penelitian
1. Menjelaskan
pengertian Islam dan kebudayaan.
2. Menjelaskan
tentang hubungan Islam dan kebudayaan.
3. Menjelaskan
bagaimana Islam dan kebudayaan Arab pra Islam.
4.
Menjelaskan bagaimana perkembangan budaya Is
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Islam dan Kebudayaan
a. ISLAM
Dari segi
kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah
menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri dalam kedamaian.
Adapun
pengertian Islam dalam segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber
pada wahyu yang datang dari Allah SWT bukan berasal dari manusia dan bukan pula
berasal dari nabi Muhammad SAW.
Orang sering
salah paham terhadap Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap
sebagai Islam ternyata bukan Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan
dianggap bukan Islam ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi? Itu
karena banyak orang tidak paham tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang
awam saja tetapi juga para intelektualnya. Maka dirasa sangat perlu untuk
dimengerti oleh setiap orang akan pengertian Islam agar orang tidak salah paham
dan itu mesti diambil dari sumber aslinya yakni Al-Qur’an, bukan dari
pendapat-pendapat orang atau yg lainnya. Dan tidak mungkin Alloh tidak
menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an dalam perkara
ini. Dan saya telah menemukan penjelasannya.
Kata Islam
itu berasal dari bahasa Arab al-islam ( اَلْاِسْلَامُ). Kata al-islam ini ada
di dalam Al-Qur’an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya
dalam surat Ali Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat
kita pahami dari kedua ayat ini? Berikut ini penjelasannya.
Al-Qur’an
surat Ali Imron (3) ayat 19, lafalnya, “ innad-dina ‘indallohil-islam…”,
artinya, “ Sesungguhnya “ad-din” di sisi Alloh (adalah) al-islam…”
b. KEBUDAYAAN
1.
Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan
Menurut Edward
B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi
tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat
2.
Unsur-unsur
kebuyaan
Ada beberapa
pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara
lain sebagai berikut:
·
Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan
politik .
sistem norma yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-lembaga
atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan
utama) organisasi kekuatan (politik).
3.
Wujud
Kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal
kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak
(karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia.
4.
Komponen
Kebudayaan
Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
- Kebudayaan material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
- Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
5.
Penetrasi
budaya
Yang
dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
- Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke
Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan
konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua
kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi,
Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk
kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk
bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli
Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk
kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat
pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan
asli.
- Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan
dalam masyaraka
2.2. Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan
Dari
pengertian penjelasan di atas kata Islam dekat dengan arti agama begitu juga
hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat di bedakan tetapi
tidak dapat di pisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan
waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah
dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di
dasarkan pada agama, tidak pernah sebaliknya. Oleh karena itu agama adalah
primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup
keagamaan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa pada tingkat praktis,
Agama Islam merupakan produk budaya karena ia tumbuh dan berkembang melalui
pemikiran ulama’ dengan cara ijtihad. Disamping itu, Ia tumbuh dan berkembang
karena terjadi interaksi sosial di masyarakat.
2.3. Islam dan kebudayaan Arab pra Islam
Bangsa arab
pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan ekonomi, letak
geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di turunkan (makkah) mudah
tersebar diberbagai wilayah. Dan beberapa cirri-ciri utama tataran Arab pra
Islam adalah sebagai berikut :
1. Mereka
menganut faham kesukuan (Qobilah)
2. Memiliki
tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas,
faktor keturunan lebih penting daripada kemampuan.
3. Mengenal
hirarki sosial yang kuat.
4. Kedudukan
perempuan cenderung di rendahkan.
Dilihat dari
sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber pada adat istiadat.
Dalam bidang mua’malah, diantara kebiasaan mereka adalah di bolehkan transaksi
mubadalah (barter) jual beli, kerja sama pertanian (muzaroah) dan riba.
Diantara ketentuan hukum keluarga Arab pra Islam adalah diperbolehkannya
berpoligami dengan perempuan dengan jumlah tanpa batas. Serta anak kecil dan
perempuan tidak dapat harta warisan.
2.4.
Perkembangan Kebudayaan Islam Saat Ini
SECARA umum
arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan
tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga
lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir
manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan
tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan
dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka
hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau
begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang
apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha
tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi,
sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau
begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa dianggap
kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang
telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia
adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya
agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil daripada
pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir)
manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu
siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia telah melakukan
satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah mengatakan
satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu, hendaklah
kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini
menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia
adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan,
sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.
Agama Islam
adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang
mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di
dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab
agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran
mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Namun begitu
walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant mendorong (bahkan
turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan tapi
mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir,
berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah
tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan
kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh
kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain,
Islam mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam
mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam
bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam
Al-Qur'an ada perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu
bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita
hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah
daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk
melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah
mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman
Allah :
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang
diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya
kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus dan rapat.
Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah budaya,
karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau
dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang
bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari
najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan
kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan
pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau
ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan
wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah
kebudayaan.
Jadi agama
Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia didorong oleh
perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi
karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah
bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat
Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua
merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Begitu juga
dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan
ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan
(Al Maidah: 2)
Perintah ini
bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan dan kehendak
perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta
bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong
juga memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan
pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah
masyarakat, tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap
juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu
datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan karena ia bukan
ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah
ini maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam
perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa
kepada zina akan kita pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti
bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan
aurat, semuanya akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah budaya
setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perbuatan hasil
daripada dorongan wahyu "janganlah kamu dekati zina."
Seterusnya
ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki
itu adalah di dalam perniagaan
Ini adalah
perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya daripada Allah
juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan
tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam
dalam bidang perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih
banyaklah kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti
umat Islam akan semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya,
suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam bidang
perniagaan.
Satu hadits lain berbunyi:
Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu
dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat
pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil
daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang
pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk
mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian.
Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini
bahwa Islam bukanlah ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan
mengatur beberapa peraturan tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada
kebebasan akal dan tenaga manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.
Rasulullah
SAW bersabda:
Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara
kedua-duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak
mengetahuinya, siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya
dan siapa yang terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang
haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits
yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa oleh makanan
minum
Umat Islam
yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan
mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan
pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan,
pengemasan makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal
dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan
perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun
dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan sewajarnya
telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam
Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa
saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal:
60)
Ayat
Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat Islam
membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan
negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini,
mereka akan muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa
diperkotak-katikkan oleh musuh, karena disamping mempunyai kekuatan taqwa
mereka juga mempunyai kekuatan senjata.
Kita akan
jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang sophisticated
dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat
menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis
seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa
"minta sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara penjual
senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah
keindahan Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang
kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah mendorong penganutnya
mempunyai kebudayaan dalam bidang ketentaraan.
Begitu juga
halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita
laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi
Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam
apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan.
Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang
dikatakan kebudayaan.
Seandainya
satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya sehingga
mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil
itulah yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang
dipikirkannya adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana pikiran
bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu tidak meniru apa yang
telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa yang
dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau
satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang sudah sedia dibuat
atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan
bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah dipikirkan
oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan
berkebudayaan sendiri.
Sebagai
contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun
dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat).
apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain
yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang
berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita
orang Islam yang berkebudayaan Jepang.
Tapi jikalau
orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang dipikirkan dan dibuat
itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa lain di dunia
ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan bangsanya,
kebudayaan Melayu.
Kenapa ia
bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia tidak
diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah
dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah
silau pulut, yang mana orang Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah
dibuat dan difikirkan.
Kalau begitu
tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat Islam
sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi
dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah
dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang
dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat
patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang
lain.
Perbuatan
seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat dilihat
pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak
mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali
oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang
Islam. Begitu juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari
mulut singa atau rusa, itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan
orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa
sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan
ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap
atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar
dinamakan kebudayaan Islam.
Sebab itu
sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang dicetuskan oleh
umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak bertentangan
dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan
kebudayaan (tamadun) Islam.
Oleh karena
itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam yang dapat
kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh
dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain
yang kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang
berkebudayaan orang lain.
Kesimpulannya,
jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan manusia. Walau
bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala
agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan
dan angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu,
jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi
maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau
tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan
dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam
Seperti
sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah
begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh
dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat
bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih
sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu
keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad
ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula
sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang.
Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk
Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu
pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi,
bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia
sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan
godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan
insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia
lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi
kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu
dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman,
berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya.
Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan
risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan
menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi,
seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang
disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup.
Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para
rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang
mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang
mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di
dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang
kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka.
Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih
berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya
masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang
benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia
diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan
para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang
abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat,
tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan
sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Kata agama
dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih, sehingga
mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan
agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan
kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika
kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
2.
Islam adalah
agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di berikan
kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan
adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
3.
Agama
merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama
islam itu sendiri.
4.
Budaya hasil
daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang
dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.
3.2. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk
meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun
kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam pula.
Wallahu ‘alam bishawab
DAFTAR
PUSTAKA
Nata,
Abuddin. Metedologi Study Islam. 1998. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Hakim Atang
Abd Dan Mubarrok Jaih. 2010.
Study Islam. Bandung :
PT.Remaja Rosda Karya.
Ilmu Budaya Dasar,
Catatan
Akhir:
i Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan
Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1974. hlm 19
ii ibid. Hlm 12
iii Hamka, Peladjaran Agama Islam, Bulan
Bintang, Jakarta 1956. hlm 13.
iv ibid. hlm 16
v ibid.
vi Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah untuk
Kaum Muslimin, Institut Antarbangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (Istac),
Kuala Lumpur, 2001. hlm 66
vii Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan
Posisi Peradaban Islam, Jurnal ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005. hlm
21
good
BalasHapus