Jumat, 06 Maret 2015

Makalah Pendidikan Agama Islam Tentang Islam dan Kebudayaan


KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb.
   Segala puji bagi Allah SWT yang telah banyak memberi kita nikmat selama ini juga sholawat beserta salam tak lupa pula kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah banyak memberikan sauri teladan yag baik untuk kehidupan kita seraya mengucapkan Allahumma salli ala saiyidina muhammad wa ala alihi siyidina muhammad.
  Alhamdulillah makalah yang berjudul Islam dan Kebudayaan yang ditugaskan kepada kelompok kami akhirnya dapat diselesaikan juga.
Makalah kami ini sedikit banyak mengambarkan apa itua Islam dan Kebudayan
  Semoga makalah ini bisa menjawab mengenai sedikit banyaknya tentang Islam dan Kebudayaan
 Kami menyadari makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran dari segala pihak sangat kami butuhkan demi untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Akhirnya atas segala perhatian kami mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................  i
DAFTAR ISI...........................................................................................  ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2.       Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3.       Tujuan Penelitian......................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1.     Pengertian Islam dan Kebudayaan................................................. 3
           a. Islam........................................................................................... 3
           b. Kebudayaan ............................................................................... 4
2.2.     Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan...................................... 7
2.3.     Islam dan Kebudayaan Arab Pra Islam........................................... 7
2.4.     Perkembangan Kebudayaan Islam Saat Ini..................................... 8

BAB III : PENUTUP
3.1.    Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2.    Saran............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................  17








BAB I
PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang Masalah          
Sebagaimana agama terakhir,  Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama sebelumnya. Melalui berbagai linteratur yang berbicara tentang islam dapat di jumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, Sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprahensip. Hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar komprahenship dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan kebudayaan. Hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan ? pertanyaan ini penting di kaji agar kita dapat memahami Islam secara komprenhenship disamping itu kitapun akan mencoba untuk mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan.
Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi.
Sebaliknya paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisme itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka


1.1.  Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Islam dan kebudayaan ?
2. Apa hubungan antara Islam dan kebudayaan ?
3. Bagaimana Islam dan kebudayaan Arab pra Islam ?
4. Bagaimana perkembangan budaya Islam saat ini?

1.2.  Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan pengertian Islam dan kebudayaan.
2. Menjelaskan tentang hubungan Islam dan kebudayaan.
3. Menjelaskan bagaimana Islam dan kebudayaan Arab pra Islam.
4. Menjelaskan bagaimana perkembangan budaya Is

BAB II
PEMBAHASAN



2.1.  Pengertian Islam dan Kebudayaan
a. ISLAM
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri dalam kedamaian.
Adapun pengertian Islam dalam segi istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari nabi Muhammad SAW.
Orang sering salah paham terhadap Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap sebagai Islam ternyata bukan Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap bukan Islam ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi? Itu karena banyak orang tidak paham tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang awam saja tetapi juga para intelektualnya. Maka dirasa sangat perlu untuk dimengerti oleh setiap orang akan pengertian Islam agar orang tidak salah paham dan itu mesti diambil dari sumber aslinya yakni Al-Qur’an, bukan dari pendapat-pendapat orang atau yg lainnya. Dan tidak mungkin Alloh tidak menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an dalam perkara ini. Dan saya telah menemukan penjelasannya.
Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-islam ( اَلْاِسْلَامُ). Kata al-islam ini ada di dalam Al-Qur’an dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat kita pahami dari kedua ayat ini? Berikut ini penjelasannya.
Al-Qur’an surat Ali Imron (3) ayat 19, lafalnya, “ innad-dina ‘indallohil-islam…”, artinya, “ Sesungguhnya “ad-din” di sisi Alloh (adalah) al-islam…”




b.   KEBUDAYAAN
1.         Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
2.         Unsur-unsur kebuyaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
·        Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik .
·        Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).

3.         Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

 Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

4.         Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:




   - Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
   - Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

5.         Penetrasi budaya
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
   - Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

   - Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyaraka

2.2. Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan

Dari pengertian penjelasan di atas kata Islam dekat dengan arti agama begitu juga hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat di bedakan tetapi tidak dapat di pisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di dasarkan pada agama, tidak pernah sebaliknya. Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa pada tingkat praktis, Agama Islam merupakan produk budaya karena ia tumbuh dan berkembang melalui pemikiran ulama’ dengan cara ijtihad. Disamping itu, Ia tumbuh dan berkembang karena terjadi interaksi sosial di masyarakat.

2.3. Islam dan kebudayaan Arab pra Islam

Bangsa arab pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan ekonomi, letak geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di turunkan (makkah) mudah tersebar diberbagai wilayah. Dan beberapa cirri-ciri utama tataran Arab pra Islam adalah sebagai berikut :

1. Mereka menganut faham kesukuan (Qobilah)
2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas, faktor keturunan lebih penting daripada kemampuan.
3. Mengenal hirarki sosial yang kuat.
4. Kedudukan perempuan cenderung di rendahkan.

Dilihat dari sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber pada adat istiadat. Dalam bidang mua’malah, diantara kebiasaan mereka adalah di bolehkan transaksi mubadalah (barter) jual beli, kerja sama pertanian (muzaroah) dan riba. Diantara ketentuan hukum keluarga Arab pra Islam adalah diperbolehkannya berpoligami dengan perempuan dengan jumlah tanpa batas. Serta anak kecil dan perempuan tidak dapat harta warisan.

2.4.     Perkembangan Kebudayaan Islam Saat Ini

SECARA umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu, hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam Al-Qur'an ada perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan dan kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah ini maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada zina akan kita pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perbuatan hasil daripada dorongan wahyu "janganlah kamu dekati zina."
Seterusnya ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki itu adalah di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya daripada Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.
Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian. Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam bukanlah ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa peraturan tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.

Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya, siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa oleh makanan minum
Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat Islam membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka akan muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh, karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang sophisticated dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya sehingga mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang sudah sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah dipikirkan oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan berkebudayaan sendiri.
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan Jepang.
Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang dipikirkan dan dibuat itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa lain di dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan bangsanya, kebudayaan Melayu.
Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia tidak diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah silau pulut, yang mana orang Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat dan difikirkan.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau rusa, itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan Islam.
Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang dicetuskan oleh umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak bertentangan dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam.
Oleh karena itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam yang dapat kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.

BAB III

PENUTUP


3.1.  Kesimpulan

1.     Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
2.    Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
3.    Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.
4.    Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.



3.2. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam pula.
Wallahu ‘alam bishawab





DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Metedologi Study Islam. 1998. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Hakim Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. 2010.
Study Islam. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.

Ilmu Budaya Dasar,
Catatan Akhir:
i Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1974. hlm 19
ii ibid. Hlm 12
iii Hamka, Peladjaran Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1956. hlm 13.
iv ibid. hlm 16
v ibid.
vi Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, Institut Antarbangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (Istac), Kuala Lumpur, 2001. hlm 66
vii Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005. hlm 21





1 komentar: