KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini menguraikan bahasan yaitu tentang cost of capital
(biaya modal).
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang sangat membantu dan memberikan makna penting demi
terciptanya makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah
SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
membuat dan menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Dewi Nari Ratih Permada SE, MM
selaku Dosen
mata kuliah Manajemen Keuangan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penulis mohon untuk saran dan kritiknya.
Terimakasih
Pamulang, Desember 2015
Kelompok
1
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar
Isi....................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar
belakang.................................................................................. 4
B. Rumusan
masalah............................................................................. 4
BAB II Pembahasan
A. Pengertian
biaya modal (cost of capital)................... ....................... 5
B. Faktor
yang mempengaruhi biaya modal dan fungsi biaya modal.. 6
C. Biaya
hutang (cost of debt).............................................................. 7
D. Biaya
saham preferen ( COST OF PREFEREN STOCK ) ............. 9
E.
Biaya laba ditahan (COST OF
RETAINED EARNING) ............... 9
F.
Biaya
Modal Secara Keseluruhan...........................
....................... 13
BAB III Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................... 18
Daftar
Pustaka............................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biaya
modal adalah sebuah konsep dinamis yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor
ekonomi dan perusahaan. Struktur dasar dari biaya modal dibuat dengan beberapa
asumsi yang berhubungan dengan risiko dan pajak. Biaya modal diperkirakan untuk
suatu waktu tertentu. Biaya modal mencerminkan rata-rata biaya permodalan yang
akan datang berdasarkan data yang tersedia. Pandangan ini sesuai dengan
penggunaan biaya modal untuk membuat keputusan investasi jangka panjang.
Walaupun
perusahaan mengumpulkan dananya sekaligus, biaya modal mencerminkan hubungan
aktivitas pembiayaan. Misalnya perusahaan hari ini menarik dana dengan hutang,
tetapi untuk yang akan datang digunakan modal sendiri seperti saham biasa.
Banyak perusahaan menggabungkan antara pembiayaan dengan hutang maupun
pembiayaan dengan modal sendiri secara optimal.
A. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari biaya modal (cost of capital)?
2. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi biaya modal?
3. Bagaimana
perhitungan biaya hutang (cost of debt)?
4. Bagaimana
perhitungan biaya saham preferen (cost of preferred stock)?
5. Bagaimana
perhitungan biaya laba ditahan (cost of retained earning)?
6. Bagaimana
perhitungan biaya penerbitan saham baru (cost of issued common stock)?
7. Apa
pengertian dan bagaimana perhitungan dari weighted average cost of capital
(WACC)?
8. Apa
pengertian dan bagaimana perhitungan dari marginal cost of capital (MCC)?
BAB I
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biaya Modal
(Cost Of Capital)
Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan terdiri atas
modal asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan modal yang berasal dari
pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan. Sedangkan modal sendiri
merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan baik dari pemilik perusahaan
maupun laba yang tidak dibagi.
Biaya modal (cost of capital) adalah
biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik
yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan
untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya
biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Perhutungan biaya penggunaan modal sangatlah penting berdasarkan 3
alasan, yaitu ;
1. maksimisasi nilai perusahaan mengaharuskan
biaya-biaya termasuk biaya modal maksimumkan.
2. keputusan penganggaran modal (capita budgeting)
memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal
3. keputusan lain sepeti leasing,modal kerja juga
memerlukan estimasi biaya.
Biaya modal dapat diukur dengan “rate of return” minimum dari investasi
baru yang dikeluarkan perusahaan, dengan asumsi bahwa tingkat risiko dari
investasi baru sama dengan risiko dari aktiva yang dimiliki saat ini. Namun
untuk hutang wesel ( notes payable ) atau hutang jangka pendek yang berbunga
dimasukkan dalam perhitungan rata-rata tertimbang hanya jika hutang tersebut
merupakan bagian dari pembelanjaan tetap perusahaan, bukan pembelanjaan
sementara. Sehingga dengan demikian pada umumnya hutang jangka dan modal
sendirinya yang merupakan unsur untuk menghitung rata-rata tertimbang. Dengan
demikian kita harus menghitung :
1.Biaya Hutang
(Cost of Debt).
2. Biaya Saham Preferen
(Cost of Preferen Stock).
3. Biaya Laba
Ditahan (Cost of Retained Earning).
4. Biaya Saham
Baru (Cost of New Common Stock).
B.
Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Modal dan Fungsi Biaya Modal
Faktor Biaya Modal :
1. Faktor yang Tidak Dapat
Dikendalikan Perusahaan.
Tingkat
Suku Bunga.
Jika
suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal utang.
Tarif
Pajak.
Tarif
Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.
2. Faktor yang Dapat Dikendalikan
Peusahaan.
Kebijakan
Struktur Modal.
Perhitungan
WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-nen modal dengan komposisi
struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya
akan ber-ubah.
Kebijakan Dividend.
Penurunan
ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
Kebijakan Investasi.
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang berrisiko.
Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.
Fungsi biaya modal :
- Perhitungan biaya
modal sangat erat kaitannya dengan pajak yang dikenakan
kepada perusahaan. Konsep perhitungan biaya modal dapat didasarkan kepada perhitungan sebelum pajak (before
tax basis) atau perhitungan setelah
pajak (after tax basis).
- Biaya modal
biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai
discount rate), yaitu dengan
membandingkan tingkat keuntungan (rate of return)
dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
C. Biaya Hutang (Cost Of Debt)
Biaya modal utang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pemberi
pinjaman atas investasi perusahaan yang dibelanjai dengan utang. Biaya modal
utang harus ditanggung perusahaan karena perusahaan menggunakan utang untuk
mendanai investasinya. Perhitungan biaya utang lebih mudah dibandingkan dengan
biaya modal saham biasa, karena biaya modalnya bersifat eksplisit atau tingkat
suku bunga dari hutang baru, bukanya dari utang yang masih belum dibayar; atau
dengan kata lain kita akan tertarik pada biaya marginal.
Biaya modal utang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P0 = Harga pasar atau harga jual surat utang yang diterbitkan perusahaan
n = jangka waktu jatuh tempo utang
It = besarnya bunga yang dibayarkan pada periode t
P = nilai pelunasan pokok utang pada periode
kd = biaya modal utang sebelum pajak
P0 = Harga pasar atau harga jual surat utang yang diterbitkan perusahaan
n = jangka waktu jatuh tempo utang
It = besarnya bunga yang dibayarkan pada periode t
P = nilai pelunasan pokok utang pada periode
kd = biaya modal utang sebelum pajak
Contoh:
Suatu perusahaan ingin membelanjai investasinya sebesar Rp. 1.000.000,-
dengan mengeluarkan obligasi sebanyak 1000 lembar dengan nilai nominal Rp. 1000
per lembar. Obligasi dijual dengan harga sama dengan nilai nominal. Tingkat
bunga obligasi sebesar 8% per tahun dan bunga dibayarkan setiap tahun. Obligasi
jatuh tempo dalam waktu 10 tahun.
Berdasarkan contoh tersebut, perusahaan harus membayar bunga setiap
tahun sebesar Rp. 80.000,- dan pada akhir tahun ke-10 perusahaan melunasi pokok
pinjaman sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- dengan demikian besarnya biaya modal
obligasi (kd) dapat dihitung sebagai berikut:
Rp.1.000.000=(Rp.80.000)/〖(1+kd)〗^( 1) +(Rp.80.000)/〖(1+kd)〗^( 2) +⋯ +(Rp.1.080.000)/〖(1+kd)〗^( 10)
Rp.1.000.000=(Rp.80.000)/〖(1+kd)〗^( 1) +(Rp.80.000)/〖(1+kd)〗^( 2) +⋯ +(Rp.1.080.000)/〖(1+kd)〗^( 10)
Karena obligasi yang dijual dengan harga sama dengan nilai nominal,
maka biaya modal obligasi (kd) adalah sama YTM (yield to maturity) dari
obligasi tersebut, yaitu : kd = 8%. Dengan kata lain, jika perusahaan tidak
mampu menghasilkan internal rate of return sebesar 8% dari investasi yang
dilakukan, maka perusahaan tidak akan sanggup untuk membayar bunga dan nilai
pokok dari obligasi tersebut.
Karena kd adalah biaya modal utang obligasi sebelum pajak, maka biaya
modal utang obligasi setelah pajak dapat dihitung sebagai berikut :Biaya hutang setelah pajak ( after-tax
cost of debt), Kd(1-T) digunakan
untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal, dan merupakan tingkat suku
bunga utang Kd, dikurangi pengurangan pajak yang terjadi, karma
bungan adalah pengurangan pajak. Cara ini sama dengan Kd dikaliakan
(1-T), dimana T adalah tariff pajak marginal perusahaan.
Komponen biaya =
tingkat suku bunga – pengurangan pajak setelah pajak = Kd - KdT
= Kd(1-T)
Alasan
kita menggunakan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung rata-rata
tertimbang adalah nilai saham dari perusahaan, yang ingin dimaksimalkanakan
bergantung pada arus kas setelah pajak
Keterangan
:
Kd* = biaya utang setelah pajak
Kd = biaya utang sebelum pajak
t = tarif pajak pendapatan perusahaan
Kd* = biaya utang setelah pajak
Kd = biaya utang sebelum pajak
t = tarif pajak pendapatan perusahaan
D. Biaya saham preferen ( COST OF PREFEREN STOCK
)
Biaya Saham Preferen (Cost Of Preferred Stock)
Biaya modal saham preferen merupakan biaya riil yang harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar keuntungan yang disyaratkan oleh investor pemegang saham preferen.
Biaya modal saham preferen merupakan biaya riil yang harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar keuntungan yang disyaratkan oleh investor pemegang saham preferen.
Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara utang dengan
saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi deviden yang
dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap. Perhitungan biaya modal
preferen mudah dilakukan, sama seperti perhitungan biaya utang. Parameter
diestimasi relatif jelas. Biaya saham preferen (kps) adalah :
Dimana:
kps = biaya saham preferen
Dps = deviden saham preferen
P = harga saham preferen
kps = biaya saham preferen
Dps = deviden saham preferen
P = harga saham preferen
Misal perusahaan menjual saham preferen, kas masuk yang diterima adalah
Rp. 1000 per lembar. Deviden saham preferen adalah Rp. 250 per lembar.
Biaya modal saham preferen
dihitung :
Karena deviden (
termasuk untuk saham preferen ) tidak mengurangi pajak, maka net pajak tidak
dihitung untuk biaya modal saham preferen. Angka 25% yang lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya utang (20% dan 12,6% untuk net pajak) mencerminkan
hal tersebut, disamping risiko saham preferen yang lebih tinggi dibandingkan
dengan resiko utang ( dari sisi investor).
E. Biaya laba ditahan (COST OF RETAINED EARNING)
Biaya Laba Ditahan / Ekuitas Eksternal (Cost Of Retained Earning)
Laba ditahan sering disebut sebagai sesuatu yang gratis, karena laba ditahan adalah uang yang tersisa setelah dividen dibayar. Tapi, modal ini tetap memiliki biaya. Alasannya biaya saldo laba ditahan berhubungan dengan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost principle). Laba setelah pajak adalah milik para pemegang saham.
Laba ditahan sering disebut sebagai sesuatu yang gratis, karena laba ditahan adalah uang yang tersisa setelah dividen dibayar. Tapi, modal ini tetap memiliki biaya. Alasannya biaya saldo laba ditahan berhubungan dengan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost principle). Laba setelah pajak adalah milik para pemegang saham.
Pemegang saham obligasi menerima
kompensasi berupa pembayaran bunga dan pemegang saham preferen berupa dividen
preferen. Seluruh laba yang tersisa setelah bunga dan dividen saham preferen
adalah milik pemegang saham biasa. Manajemen dapat membayarkan laba dalam
bentuk dividen atua menahan laba untuk diinvestasikan kembali ke dalam usaha.
Jika manajemen memutuskan untuk menahan laba, maka ada biaya kesempatan yang
terlibat.
Ada beberapa pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan, yaitu
sebagai berikut:
-
Pendekatan CAPM (Capital Asset
Pricing Model)
Model CAPM (model penetapan harga aktiva
modal) merupakan suatu model yang digunakan untuk mengestimasi return suatu
sekuritas dan memformulasikan return suatu saham adalah sama dengan tingkat
bunga bebas resiko ditambah premi resiko. Formulasinya:
Keterangan:
Keterangan:
k_(s ) : biaya ekuitas (saham biasa
baru)
k_RF : tingkaat hasi bebas risiko
k_M : tingkat hasil pasar
b_i : beta
Contoh: Sebuah saham memiliki nilai k_RF = 8%, k_M = 13%
dan b_i
= 0,7. Hitung k_(s )?
Jawab:
k_(s ) = k_RF +( k_M – k_RF)b_i
k_(s ) = 8% + (13% – 8%)(0,7)
= 8% + (5%)(0,7)
= 8%+ 3,5%
= 11,5%
Pendekatan imbal hasil divden ditambah tingkat pertumbuhan atau arus
kas diskonto (discounted cash flow/DCF)
Bagi perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan terus beroperasi tanpa
batas waktu, arus kas adalah dividen. Sementara jika investor memperkirakan
perusahaan akan diakuisisi oleh perusahaan lain atau dilikuidasi, maka arus kas
adalah dividen selama beberapa waktu ditambah harga akhir ketika perusahaan
diakuisisi atau dilikuidasi. Untuk penyederhaannya berlaku persamaan:
Keterangan:
P_0 : harga saham saat ini
P_0 : harga saham saat ini
D_t : dividen yang
diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun ke-t
k_s : biaya laba ditahan/
saham biasa/ ekuitas internal
g : pertumbuhan
dividen
Jika dividen yang diharapkan tumbuh dengan tingkat yang konstan, maka formulasinya:
Jika mencari nilai
k_s untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diminta atas ekuitas biasa,
bagi investor marginal akan sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.
Contoh:
Harga saham Allied
dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan adalah $1,24 dan
tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapa besar laba ditahan ?
Jawab:
k_s = ( D₀(1+g))/P+g=(D₁)/P+g
k_s = $1,24/$23 + 8%
= 5,4% + 8,0%
= 13,4%
k_s = ( D₀(1+g))/P+g=(D₁)/P+g
k_s = $1,24/$23 + 8%
= 5,4% + 8,0%
= 13,4%
Angka 13,4% adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan akan
diterima oleh manajemen atas laba ditahan untuk memberikan penanaman kembali
laba ke dalam usaha dan bukan membayarkannya kepada pemegang saham sebagai
dividen.
Pendekatan imbal hasil obligasi ditambah premi resiko
Biasanya perusahaan memperkirakan premi resiko sebesar 3 hingga 5 persen pada tingkat suku bunga utang jangka panjang perusahaan tersebut.
Pendekatan imbal hasil obligasi ditambah premi resiko
Biasanya perusahaan memperkirakan premi resiko sebesar 3 hingga 5 persen pada tingkat suku bunga utang jangka panjang perusahaan tersebut.
Contoh :
Jika perusahaan
Allied memberikan imbal hasil oblogasi 10% dan biaya premi risiko sebesar 4%,
maka biaya ekuitasnya dapat diestimasikan dengan cara sebagai berikut:
Jawab:
k_s = 10% + 4% = 14%
k_s = 10% + 4% = 14%
Biaya Penerbitan
Saham Baru (Cost Of Issued Common Stock)
Perusahaan
biasanya menggunakan bankir investasi (biaya emisi) ketika menerbitkan saham
biasa, preferen atau obligasi. Sebagai imblan atas pembayaran tersebut, bankir
investasi akan membantu perusahaan menyusun persyaratan-peersyaratan dan
menentukan harga emisi dan kemudian menjualnya kepada para investor. Formulasi
biasya saham baru:
Keterangan:
k_e : biaya saham biasa baru/ ekuitas eksternal
D_1 : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun
Dg : pertumbuhan dividen
P : harga saham biasa per lembar
f : biaya penerbitan/ emisi (%)
k_e : biaya saham biasa baru/ ekuitas eksternal
D_1 : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun
Dg : pertumbuhan dividen
P : harga saham biasa per lembar
f : biaya penerbitan/ emisi (%)
Contoh:
Harga saham Allied
dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan adalah $1,24,
tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8% dan biaya emisi 10%. Berapa biaya
saham biasa baru ?
Jawab:
k_ncs= ( D₀ (1+g))/(P
(1-f))+g=(D₁)/(P (1-f))+g
k_ncs =
$1,24/($23(1-0,10)) + 8%
= $1,24/$20,70 +
8,0%
= 6,0% + 8,0%
= 14,0%
F.
Biaya Modal Secara Keseluruhan.
Tingkat biaya modal yang harus dihitung
perusahaan adalah tingkat biaya modal secara keseluruhan. Perhitungannya menggunakan konsep Weighted Average Cost of Capital (WACC).
Komponen
Modal
|
Biaya Masing-Masing
Komponen
|
Jumlah Persentase
Modal
|
|
Bond Payable
|
10%
|
$ 100,000
|
20%
|
Preferred
Stock
|
15
|
100,000
|
20
|
Common Stock
|
21
|
300,000
|
60
|
$
500,000
|
100%
|
Ø Tambahan Modal.
Tambahan modal
akan
dapat
mengakibatkan
kenaikan marginal cost
of capital (MCC),
sehingga
WACC-nya naik,
apabila tambah-an modal
tersebut
begitu
besarnya
sehingga
perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Agar supaya
tambahan modal tidak menaikan WACC,
maka tambahan modal harus
memperhatikan besarnya laba ditahan pada periode tersebut.
Besarnya
tambahan
modal yang
diperlukan supaya
tidak mening-katkan
WACC
dapat dihitung dengan rumus sbb :
Tambahan Modal
=
Laba
Ditahan
Persentase Saham
Biasa
Tingkat biaya menggunakan modal yang harus diperhitungkan oleh
perusahaan adalah tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan.
Oleh karena biaya dari masing-masing sumber dana itu berbeda-beda maka untuk
menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung
“weighted average” dari berbagai sumber dana tersebut.
Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)
adalah laba dari investasi baru dengan risiko rata-rata yang perusahaan harus
harapkan untuk mempertahankan harga saham. Biaya modal pada dasarnya merupakan
biaya modal rata-rata tertimbang dari biaya modal individual.
Untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
WACC : biaya modal rata-rata tertimbang
WACC : biaya modal rata-rata tertimbang
〖 k〗_d : biaya utang
w_d : proporsi utang terhadap total dana jangka panjang
k_ps : biaya saham preferen
w_ps : proporsi saham preferen terhadap total dana jangka panjang
k_cs : biaya saham biasa
w_cs : proporsi saham biasa terhadap total dan jangka pendek
w_d : proporsi utang terhadap total dana jangka panjang
k_ps : biaya saham preferen
w_ps : proporsi saham preferen terhadap total dana jangka panjang
k_cs : biaya saham biasa
w_cs : proporsi saham biasa terhadap total dan jangka pendek
Ø Marginal Cost of Capital (MCC).
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan ru-piah modal baru;
biaya rata-rata tertimbang dari rupiah terakhir modal baru yang diperoleh. Skedul
biaya modal
marginalnya sbb :
MCC
tetap, karena setiap rupiah tambahan modal baru mempunyai biaya sebesar 15%.
Ø Skedul Biaya Modal Marginal
Jika
tambahan modal lebih besar dari Rp 200 juta, misalkan Rp 500 juta berarti perusahaan harus menerbitkan saham baru, sehing-ga
WACC-nya
naik
menjadi
11,46%.
Ø Modal dari Depresiasi.
Biaya modal dari depresiasi
sama dengan biaya modal rata-rata sebelum menggunakan
modal yang berasal
dari
emisi saham baru.
Ø Skedul Oportunitas
Investasi (IOS).
Merupakan sebuah grafik dari oportunitas investasi perusahaan yang diberi peringkat berdasarkan
tingkat pengembalian
proyek
tersebut
Tambahan biaya modal rata-rata tertimbang akibat bertambahnya satu
rupiah dana jangka panjang (baik yang berasal dari utang, saham preferen, dan
saham biasa) disebut sebagai biaya modal marginal (marginal cost of
capital/MCC).
Contoh:
Perusahaan manufaktur mempunyai struktur modal sebagaimana berikut (dalam juta rupiah):
Sumber Dana Jumlah Proporsi Biaya
Obligasi Rp. 180,00 30% 7,20%
Saham Preferen Rp. 60,00 10% 10,00%
Saham Biasa Rp. 360,00 60% 14,19%
Rp. 600,00 100%
WACC 11,67%
Informasi Tambahan:
Dividen dibayarkan pada akhir tahun sebesar Rp. 700,00 per lembar.
Harga pasar per lembar Rp. 8.000,00. Tingkat pertumbuhan dividen 5% per tahun.
Biaya utang (obligasi) sebesar 7,2% sudah dipotong pajak.
Untuk membiayai investasi barunya, perusahaan membutuhkan laba ditahan
(saham biasa) sebesar Rp. 120 juta. Andaikata perusahaan ingin tetap
mempertahankan proporsi struktur modalnya, maka total modal yang dibutuhkan
haruslah sebesar RP. 200 juta (Rp. 120 juta/0,6).
Utang = 30% x Rp.
200 juta = Rp. 60 juta
Saham Preferen =
10% x Rp. 200 juta = Rp. 20 juta
Saham Biasa = 60%
x Rp. 200 juta = Rp. 120 juta
Apabila modalnya tidak Rp. 200 juta, jumlah laba ditahan (saham biasa)
tidak akan sebesar Rp. 120 juta (jumlah yang dibutuhkan perusahaan). Sekarang
perusahaan membutuhkan total modal lebih dari Rp. 200 juta (misalnya, Rp. 250
juta). Hal itu berarti bahwa perusahaan harus mempunyai laba ditahan sebesar
Rp. 150 juta (0,6 X Rp. 250 juta).
Jumlah laba ditahan yang
dimiliki perusahaan hanya berjumlah Rp. 120 juta. Untuk menutup kekurangannya
sebesar Rp. 30 juta, perusahaan harus menerbitkan saham biasa baru. Untuk
menerbitkan saham biasa baru, perusahaan mengeluarkan biaya emisi sebesar 3%.
Hal itu akan berdampak pada meningkatnya biaya saham biasa dan WACC.
K_ncs=(700
(1+5%))/(8.000 (1-3%))+5%=14,47%
WACC = (7,2% x 30%) + (10% x 10%) +
(14,47% x 60%) = 11,84%
Gambar Biaya Modal Marginal dan Titik
Patah
Jadi, jika kebutuhan modal melebihi Rp. 200 juta, WACC perusahaan akan
naik dari 11,67% menjadi 11,84%. Dengan kata lain, untuk setiap penambahan Rp.
1,00, WACC akan meningkat menjadi 11,84%. Inilah yang disebut dengan biaya
modal marginal. Adapun titik patahan, ditunjukkan oleh angka Rp. 200 juta,
batas tambahan modal yang menaikkan WACC dari 11,67% menjadi 11,84%.
Perusahaan Ambalat mempunyai struktur
modal sebagai berikut:
(dalam milyar rupiah)
Sumber Dana Nilai Buku Proporsi Biaya
Obligasi Rp. 320 40% 9%
Saham Preferen Rp. 120 15% 12%
Saham Biasa Rp. 360 45% 16%
Rp. 800 100%
(dalam milyar rupiah)
Sumber Dana Nilai Buku Proporsi Biaya
Obligasi Rp. 320 40% 9%
Saham Preferen Rp. 120 15% 12%
Saham Biasa Rp. 360 45% 16%
Rp. 800 100%
Biaya modal rata-rata tertimbang
= 40% (9%) (1-30%) +15% (12%) + 45% (16%)
= 11,52%
Titik patahan=20/0,4=Rp.50 milyar
Biaya modal marginal
= 40% (10%) (1-30%) + 15% (12%) + 45% (16%)
= 11,80%
= 40% (9%) (1-30%) +15% (12%) + 45% (16%)
= 11,52%
Titik patahan=20/0,4=Rp.50 milyar
Biaya modal marginal
= 40% (10%) (1-30%) + 15% (12%) + 45% (16%)
= 11,80%
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
-
Biaya modal adalah biaya
riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang,
saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi
perusahaan.
-
Biaya modal (Cost of
Capital) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan
untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan.
-
Faktor- faktor biaya
modal di perusahaan diantaranya:
1. Faktor
yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.
ü Tingkat
Suku Bunga.
ü Tarif
Pajak.
2. Faktor
yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.
ü Kebijakan
Struktur Modal.
ü Kebijakan
Dividend.
ü Kebijakan
Investasi.
-
Jadi biaya modal itu
sangat berpengaruh besar bagi perusahaan untuk menjalankan
aktifitas
perusahaan karenan biaya modal bisa dijadikan patokan perusahaan untuk
mengetahui
apakah perusahaan tersebut mendapatkan profit yang tinggi apa tidak.
-
Capital budgeting decision mempunyai pengaruh yang besar pada perusahaan dan capital
budgeting yang baik akan memerlukan ramalan akan cost of capital
yang tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Martono dan D. Agus Harjito.
Manajemen Keuangan. 2001. Yogyakarta: Ekonisia
Sudana, I Made. Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktis. 2011. Surabaya: Erlangga
Hanafi, Mamduh M.. Manajemen Keuangan. 2004. Yogyakarta: BPFE
Yulianto, Ali Akbar. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. 2006 Jakarta: Salemba Empat
Mardiyanto, Handono. Intisari Manajemen Keuangan. 2009. Jakarta: Grasindo
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. 1995. Yogyakarta: BPFE
Sudana, I Made. Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktis. 2011. Surabaya: Erlangga
Hanafi, Mamduh M.. Manajemen Keuangan. 2004. Yogyakarta: BPFE
Yulianto, Ali Akbar. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. 2006 Jakarta: Salemba Empat
Mardiyanto, Handono. Intisari Manajemen Keuangan. 2009. Jakarta: Grasindo
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. 1995. Yogyakarta: BPFE